Malam ini, Rama mengajakku jalan. Entahlah, aku merasa sangat senang dengan ajakannya. Mungkin karena akhir-akhir ini, banyak tugas yang mengajakku kencan. Rama selalu mengalah dengan tugas-tugasku itu. Dia adalah tipe cowok yang mengutamakan pendidikan daripada segalanya. Oleh karna itu, tiap kali aku mengerjakan tugas, dia selalu membantuku, atau minimal dia tak mau menggangguku.
Sebenarnya, aku selalu ingin ditemani olehnya ketika aku mengerjakan tugas, setidaknya bbm aku. Tapi aku tak pernah berani menyatakan permintaanku itu. Aku takut bila dia marah dan justru meninggalkanku. Aku sangat mengagumi dirinya. Dia terlahir dari orang yang berada, tetapi tidak ada kesombongan sedikitpun dalam dirinya. Apapun dia lakukan dengan sederhana, termasuk mencintaiku. Aku suka caranya mencintaiku. Sederhana, tapi indah. Dia slalu mengerti keadaanku, romantis, dan penyayang. Dia pula termasuk golongan orang penyuka cupcake. Terkadang, aku membuatkannya cupcake, walaupun masakanku terbilang tak enak, tapi dia selalu menghargai usahaku.
Tepat pukul 19.00 Rama menjemputku. Dengan mengendarai mio putihnya itu, dia membawakanku sebuah boneka yang besar. Bahkan lebih besar dari aku. Aku tak dapat membayangkan bagaimana dia membawa boneka sebesar itu untukku. Sungguh, aku sangat senang menerima boneka pemberiannya itu. Kucium boneka itu, lalu kuletakkan di kamar tidurku. Aku bergegas menemuinya kembali, dan pergi bersamanya malam ini.
Hujan rintik-rintik memang membuatku sedikit kedinginan, tapi justru itulah yang membuat kami terlihat romantis. Tak lama perjalanan, Rama memberhentikan motornya di depan sebuah restoran sea food. Dia menggandengku, membawaku masuk ke dalam restoran itu. Sejenak ku lihat wajahnya. Tak terlalu tampan, namun manis. Ku lihat ada kebijaksanaan dalam matanya. Itu pula yang kudapat di dalam kehidupan nyata.
Aku memesan nasi goreng, sedangkan Rama memesan lobster bakar keju. Kami makan bersama, di temani lilin-lilin kecil. Aku merasakan sesuatu yang istimewa. Inilah Rama, sosok cowok yang tak dapat tebak, namun penuh dengan kejutan. Kami saling bercanda dan tertawa bersama-sama. Aku merasakan kehangatan ketika aku berada di dekatnya. Senyumnya yang menawan itu benar-benar menggodaku untuk terus memandanginya.
Seusai makan, Rama mengajakku berbicara. Awalnya, aku kira dia mengajakku bercanda lagi, sehingga aku pun tak menanggapinya secara serius. Rama sedikit menaikkan suaranya, menandakan bahwa dia ingin berkata serius. Aku pun diam dan mulai menanggapi keseriusan itu.
Ketika Rama memilai perkataannya, hatiku mulai terasa gundah. Dan kini air mata menetes deras, lebih deras daripada rintik hujan tadi.
"Fira, lusa aku akan pergi ke Palestina. Negara mempercayaiku untuk membantu rakyat Palestina dalam menghadapi Israel. Mungkin, kita harus berpisah selama 2 bulan dan kita akan bertemu di tahun depan. Itupun jika aku selamat dari tembakan maut tentara Israel. Maukah kau menanti kedatanganku?"
Aku hanya diam. Air mata menetes semakin deras. Aku tak mampu berkata apa-apa. Rama mengambil tisu dan mengusap air mataku secara perlahan. Lembut.
"Aku tau ini berat, tapi aku tak dapat menolak perintah ini. Aku harus berjuang. Prajurit tak berani bertindak tanpa perintah dari pimpinannya. Dan aku sebagai pemimpin harus bertanggung jawab atas perintah ini. Ini adalah tugasku, tugas suci yang harus kuemban. Ku mohon, berhentilah menangis. Dukung dan doakan aku".
Aku menatap wajahnya. Ku lihat matanya memohon agar aku berhenti menangis. Ku usap air mataku, dan aku mencoba untuk menghentikan hujan di mataku.
"Maaf jika aku terlalu egois yang selalu menginginkanmu berada disampingku. Pergilah dengan berani. Selamatkan rakyat Palestina. Aku akan selalu mendoakanmu dan menunggumu disini. Selamat berjang, Sayang".
Rama memelukku dengan erat. Inilah perpisahan yang sama sekali tak kuinginkan. Namun, tugas tetaplah tugas, dan Rama harus berjuang melaksanakan tugasnya
Semenjak kepergiannya ke Palestina, dunia terasa hampa bagiku. Tak ada lagi yang mengajakku jalan atau sekedar makan bersama. Rama. rama dan rama yang selalu kurindukan. Tak ada komunikasi untuk 2 bulan kedepan. Namun, aku selalu berharap ada pesan di handphone ku, dan dan berharap pengirimnya adalah dirinya. Hari-hari berat kulewati sendiri. Tiap kali aku mengadu di atas sajadah, selalu kusebut namanya. Aku akan selalu menunggunya. Dan aku percaya, Rama akan kembali lagi.
Minggu, 15 Desember 2013
Minggu, 16 Juni 2013
Pergi Saja
Lagi-lagi turun hujan di wajahku. Entah mengapa pelupuk mataku tak kuat lagi membendung air hujan yang ingin keluar dan membasahi wajahku. Untuk kesekian kalinya, aku menangis lagi. Menangisi dia. Pria yang tampan yang menjadi pangeran hatiku selama 11 bulan ini. Akupun tak paham alasan yang mendasari putusnya hubunganku dengannya. Ia hanya pergi tanpa meninggalkan pesan. Aku telah berulang kali mencoba menemui dan menghubunginya, tetapi aku tak pernah berhasil.
Kulihat jam dinding yang bertengger di kamarku. Bentuknya Doraemon, tokoh kartun yang menjadi idolaku sejak dulu hingga kini. Warnanya biru, melambangkan arti kesetiaan. Ku dapat jam dinding itu darinya. Ia memberiku sebagai lambang kesetiaan, biru. ya biru! Namun hingga kini, aku tak percaya arti tertentu dibalik sebuah warna. Memang dulunya aku sangat mempercayainya, karena ia sanggup menemaniku hingga 11 bulan. Namun kini tiada lagi kisah indah yang dulu. Dia tak lagi hadir dalam hidupku. Dan aku, hanya menangisi kepergiannya tanpa tahu alasan mengapa ia pergi meninggalkanku.
Detik demi detik berlalu, menit demi menit berlalu, hingga hari demi hari berlalu. Aku masih saja menangisi pangeran yang pernah mengisi hatiku. Dia, dia, dan dia! Hanya dia yang ada dalam pikiranku. Memenuhi seluruh ruang otakku. Mengapa aku tak mampu melupakannya? aku tak tahu. Mungkin hanya 1 jawaban yang mampu menjawab pertanyaan itu, "aku sangat mencintainya". Ya! jawaban mantab dari hatiku, utuk pertanyaan yang kurasa sangat sulit untuk dijawab. Ku buka lagi lembaran-lembaran indah saat bersama dirinya. Makan bersama, hangout hingga mengerjakan tugas sekolahpun juga bersamanya. Satu hal yang paling aku benci ketika mengingat segala hal tentangnya, menangis. lagi-lagi aku menangis.
Hari telah pagi. Terdengar suara burung-burung berkicau. Cahaya matahari menembus kamarku melewati celah-celah daun yang berada di depan kamarku. Masih tercium bau hujan semalam. Aku terbangun dari tidurku. Rupanya, semalam aku tidur di meja belajarku. Kutemui album foto yang basah. Ku lihat pula diaryku juga tak kering. Aku heran. Setauku, kamarku tak pernah bocor ketka hujan turun. Ku lihat langit-langit. Tak ada bekas tetesan hujan. Artinya, kamarku tak bocor, lalu, mengapa album foto dan diaryku basah? Aku berusaha mencari tahu air yang membasahi kedua benda yang selalu ku buka tiap harinya. Hingga aku melewati cermin di sebelah meja belajarku. Rasanya ada yang janggal dengan cemin itu. Atau lebih tepatnya, benda yang sedang becermin. Aku! Ya, kini aku tahu. Ternyata, aku sendiri yang membasahi album foto dan diaryku dengan air mataku yang turun deras seperti hujan semalam.
Beruntung hari ini adalah hari minggu. Aku tak perlu buru-buru mandi untuk pergi ke sekolah. Namun, aku berniat untuk pergi ke sebuah salon yang menjadi langgananku. Aku ingin merapikan rambutku yang kurasa terlalu panjang.
Sesampainya di salon, aku disambut dengan pegawai salon. Arni namanya. Dia selalu menyambutku dengan ramah ketika aku berkunjung ke salon yang terletak di salah satu mall di Semarang itu. Tanpa basa-basi, aku menyampaikan maksudku untuk merapikan rambut sekalian creambath. Di sebelah kananku, ada seorang wanita pelanggan juga. Rupanya, ia sedang merebonding rambut panjangnya. Dipegangnya majalah fashion remaja seumuranku. Aku menjadi tertarik untuk membacanya. Namun sayang, majalah itu berada di tumpukan sebelah kanan wanita cantik itu. Aku memanggilnya dan meminta tolong mangambilkan majalah fashion yang berada tidak jauh darinya itu.
Wanita itu sangat ramah. Ia mengambilkanku beberapa tumpuk majalah fashion yang ku inginkan. Baru saja aku membuka beberapa lembar halaman, ia mengajakku mengobrol. Aku berusaha menghargainya, sekalipun aku ingin melihat-lihat isi majalah yang ku pegang.
Aku mendengarkan setiap detail ceritanya. Dia juga bercerita tentang pacarnya dan hubungannya yang telah terjalin 3 bulan terakhir ini. Entah mengapa, ketika wanita itu menceritakan segala hal mengenai pacarnya itu, aku lagi-lagi mengingat dia, mantan pengeran hatiku. Aku hanya tersenyum pada wanita itu, dan akupun menceritakan apa yang terjadi pada hubunganku denganannya. Sebuah cinta yang indah namun kandas. Wanita itu terlihat sedih mendengar ceritaku. Hampir saja ia menitikkan air matanya, tiba-tiba pacarnya datang menemui wanita itu. Ku lihat sosok pria yang menjadi pacar seorang wanita cantik yang berada di sebelah kananku. Aku tak asing dengan pria tersebut. Ku raih tas ku, dan aku segera membayar biaya potong rambut. Kulangkahkan kakiku keluar salon dengan cepat. Tak peduli banyak orang yang melihatku berjalan cepat sambil menitikkan air mata. Pria itu mengikutiku dan berusaha meraih tanganku. Berkali-kali aku menepis tangannya itu. Dia mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun aku tak menggubrisnya. Ternyata, pria yang selama ini menjadi pangeran hatiku, telah menggantikan posisiku dengan wanita lain. Lalu buat apa aku menangisinya selama ini? hanya sebuah penyesalan telah membuang air mataku secara cuma-cuma..
Kulihat jam dinding yang bertengger di kamarku. Bentuknya Doraemon, tokoh kartun yang menjadi idolaku sejak dulu hingga kini. Warnanya biru, melambangkan arti kesetiaan. Ku dapat jam dinding itu darinya. Ia memberiku sebagai lambang kesetiaan, biru. ya biru! Namun hingga kini, aku tak percaya arti tertentu dibalik sebuah warna. Memang dulunya aku sangat mempercayainya, karena ia sanggup menemaniku hingga 11 bulan. Namun kini tiada lagi kisah indah yang dulu. Dia tak lagi hadir dalam hidupku. Dan aku, hanya menangisi kepergiannya tanpa tahu alasan mengapa ia pergi meninggalkanku.
Detik demi detik berlalu, menit demi menit berlalu, hingga hari demi hari berlalu. Aku masih saja menangisi pangeran yang pernah mengisi hatiku. Dia, dia, dan dia! Hanya dia yang ada dalam pikiranku. Memenuhi seluruh ruang otakku. Mengapa aku tak mampu melupakannya? aku tak tahu. Mungkin hanya 1 jawaban yang mampu menjawab pertanyaan itu, "aku sangat mencintainya". Ya! jawaban mantab dari hatiku, utuk pertanyaan yang kurasa sangat sulit untuk dijawab. Ku buka lagi lembaran-lembaran indah saat bersama dirinya. Makan bersama, hangout hingga mengerjakan tugas sekolahpun juga bersamanya. Satu hal yang paling aku benci ketika mengingat segala hal tentangnya, menangis. lagi-lagi aku menangis.
Hari telah pagi. Terdengar suara burung-burung berkicau. Cahaya matahari menembus kamarku melewati celah-celah daun yang berada di depan kamarku. Masih tercium bau hujan semalam. Aku terbangun dari tidurku. Rupanya, semalam aku tidur di meja belajarku. Kutemui album foto yang basah. Ku lihat pula diaryku juga tak kering. Aku heran. Setauku, kamarku tak pernah bocor ketka hujan turun. Ku lihat langit-langit. Tak ada bekas tetesan hujan. Artinya, kamarku tak bocor, lalu, mengapa album foto dan diaryku basah? Aku berusaha mencari tahu air yang membasahi kedua benda yang selalu ku buka tiap harinya. Hingga aku melewati cermin di sebelah meja belajarku. Rasanya ada yang janggal dengan cemin itu. Atau lebih tepatnya, benda yang sedang becermin. Aku! Ya, kini aku tahu. Ternyata, aku sendiri yang membasahi album foto dan diaryku dengan air mataku yang turun deras seperti hujan semalam.
Beruntung hari ini adalah hari minggu. Aku tak perlu buru-buru mandi untuk pergi ke sekolah. Namun, aku berniat untuk pergi ke sebuah salon yang menjadi langgananku. Aku ingin merapikan rambutku yang kurasa terlalu panjang.
Sesampainya di salon, aku disambut dengan pegawai salon. Arni namanya. Dia selalu menyambutku dengan ramah ketika aku berkunjung ke salon yang terletak di salah satu mall di Semarang itu. Tanpa basa-basi, aku menyampaikan maksudku untuk merapikan rambut sekalian creambath. Di sebelah kananku, ada seorang wanita pelanggan juga. Rupanya, ia sedang merebonding rambut panjangnya. Dipegangnya majalah fashion remaja seumuranku. Aku menjadi tertarik untuk membacanya. Namun sayang, majalah itu berada di tumpukan sebelah kanan wanita cantik itu. Aku memanggilnya dan meminta tolong mangambilkan majalah fashion yang berada tidak jauh darinya itu.
Wanita itu sangat ramah. Ia mengambilkanku beberapa tumpuk majalah fashion yang ku inginkan. Baru saja aku membuka beberapa lembar halaman, ia mengajakku mengobrol. Aku berusaha menghargainya, sekalipun aku ingin melihat-lihat isi majalah yang ku pegang.
Aku mendengarkan setiap detail ceritanya. Dia juga bercerita tentang pacarnya dan hubungannya yang telah terjalin 3 bulan terakhir ini. Entah mengapa, ketika wanita itu menceritakan segala hal mengenai pacarnya itu, aku lagi-lagi mengingat dia, mantan pengeran hatiku. Aku hanya tersenyum pada wanita itu, dan akupun menceritakan apa yang terjadi pada hubunganku denganannya. Sebuah cinta yang indah namun kandas. Wanita itu terlihat sedih mendengar ceritaku. Hampir saja ia menitikkan air matanya, tiba-tiba pacarnya datang menemui wanita itu. Ku lihat sosok pria yang menjadi pacar seorang wanita cantik yang berada di sebelah kananku. Aku tak asing dengan pria tersebut. Ku raih tas ku, dan aku segera membayar biaya potong rambut. Kulangkahkan kakiku keluar salon dengan cepat. Tak peduli banyak orang yang melihatku berjalan cepat sambil menitikkan air mata. Pria itu mengikutiku dan berusaha meraih tanganku. Berkali-kali aku menepis tangannya itu. Dia mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun aku tak menggubrisnya. Ternyata, pria yang selama ini menjadi pangeran hatiku, telah menggantikan posisiku dengan wanita lain. Lalu buat apa aku menangisinya selama ini? hanya sebuah penyesalan telah membuang air mataku secara cuma-cuma..
Kamis, 23 Mei 2013
Penyesalan Terdalam
Hari ini tanggal 22 mei, artinya tepat 3 bulan aku putus.
Hmmm. Tapi aku nggak tau mengapa, bayang-bayangnya slalu mengisi ruang otakku.
Inikah yang dinamakan cinta? Cinta semu yang tak tahu kapan akan berakhirnya.
Ku letakkan guci indah yang berlukiskan namaku dengan
namanya. Guji yang diberikanku tepat 2 tahun anniversaryku dengannya. Ntah
mengapa, hampir setiap aku lelah, aku slalu memandangi guci itu. Bentuknya
sederhana. Nggak terlalu mewah juga. Ukurannya juga tak terlalu besar, tapi
cocok untuk mengisi bufetku yang masih kosong. Guci itu juga yang menjadi teman
curhatku ketika aku menangisi pemilik aslinya, dia. Rupanya, aku masih terlalu
cinta padanya. 3 bulan pun nggak cukup untukku melupakan segala hal tentangnya.
Kebersamaanku dengannya seakan menjadi kenangan abadi yang tak pernah bisa
musnah dari pikiranku. Mungkin itulah yang menyebabkan aku masih sering
merindukannya, sesosok pria sempurna yang pernah menjadi pangeran hatiku.
Teringat 3 bulan yang lalu, ketika hari dimana dunia terasa
runtuh bagiku. Keputusannya yang bulat membuatku tak mampu berdiri. Putus. Ya!
Satu kata yang sangat menyakitkan bagiku, keluar dari mulut seseorang yang
teramat sangat aku sayangi. Tentu saja aku telah mencegahnya. Namun saja tak
bisa. Dia tipe orang yang berpendirian teguh. Sekali putus tetap putus.
Pernyataan itu keluar hanya karena aku lupa menepati janjiku dinner bareng dia.
Kesalahanku pun benar-benar tak ku sengaja. Karna pada malam itu aku
benar-benar merasa kedinginan karna tubuhku basah kuyub terkena hujan deras
yang mengguyur kotaku. Hingga malam lewat, aku sama sekali tak ingat bahwa aku
mempunyai jani dengan kekasihku. Ya begitulah. Akibat yang ku tanggung akibat
perbuatanku. Sebuah penyesalan yang tak tahu kapan akan berakhir.
Dia adalah pria idamanku. Aku tahu, tak ada manusia yang
sempurna, namun aku melihanya. Dia teramat sangat sempurna. Tampan, pintar,
kaya, bijaksana, gentle, pengertian, dan tentunya dia sangat setia. Namun
sayang, 1 hal yang sangat tak kusukai darinya. Kesibukannya. Dia sangat sibuk.
Apapun dia dengan sempurna, sekalipun apapun yang dia kerjakan menghabiskan
waktuku bersamanya. Mulai dari tugas sekolah, ekskul, maupun kegiatan OSIS dia
lakukan dengan sempurna. Tak heran jika dia selalu mendapatka predikat A.
Namun, sekalipun aku membenci
kesibukannya, tapi justru itulah yang membuatku bangga terhadapnya. Dan aku
sangat beruntung pernah menjadi pacarnya, meski kini dia tak menjadi milikku
lagi.
Dan kini, guci itu kupandangi lagi. Seakan menjadi tontonan
wajibku setiap hari. Ah sudahlah. Aku berusaha melupakannya. Sesusah apapun itu
akan kucoba. Ku matikan lampu kamarku, dan ku tarik selimutku. Selamat malam.
***
Hari ini benar-benar penat bagiku. Tugas menumpuk ditambah
ulangan yang mengantre membuatku ingin hangout ke mall. Ingin ku berteriak
kencang. Arrrggh. Buat apa juga aku berteriak kencang seperti itu. Seperti
orang gila saja. Huft. Kulihat layar handphone-ku. Ada notification. 1 bbm.
Dino! Aaarrggh kenapa Dino sih? Kenapa dia selalu datang disaat aku ladi bete?
Bikin tambah bete saja ini anak. Apalagi bbmnya sama sekali nggak penting. Fira
udah makan belum? Hello? Mau aku makan atau tidak bukan urusannya kan? Heran
ini aku sama satu anak ini. Tiap pagi siang malam selalu nanya gitu. Kalo nggak
ya, gnite fira, have wonderful dream ya. Ini kenapa anak selalu bbm itu ya?
Padahal aku udah sering nggak bales bbmnya. Masih aja dia ngirim gitu. Nggak
capek apa? Aku aja yang baca udah capek!
***
Lagi-lagi aku memandang guci itu. Ntah mengapa kali ini aku
ingin membawanya ke taman depan rumah. Duduk di sambil kolam sambil membawa
guci itu. Oh indahnya. Andai saja dia ada disini saat ini, menemaniku menjalani
hari-hariku, pasti akan terasa lebih indah. Gemericik air kolam dan kupu-kupu
yang berterbangan ditaman akan menjadi saksi cinta kita. Andai saja..
Bunyi telpon memaksaku untuk meninggalkan kolam dan bergegas
menemuinya. Kuletakkan guci cantik itu di pinggir kolam, lalu aku masuk runah
untuk mengangkat telpon.
“halo? “
“hay fira, ini aku Dino. Boleh nggak aku pinjem buku
Sejarahmu? Kemarin aku kan ngga masuk, aku takut ketinggalan pelajaran”
“boleh. Kapan?”
“sekarang ya. Bye”
tut tut tuuuuttt. Dasar ini anak! Main tutup telpon saja. Sebel banget. Ini anak ngganggu aja deh.
tut tut tuuuuttt. Dasar ini anak! Main tutup telpon saja. Sebel banget. Ini anak ngganggu aja deh.
Kulupakan guciku. Segera aku pergi ke kamarku untuk
menyiapkan catatan sejarah yang akan dipinjam oleh si Dino, tetangga sekalian
temen sekelasku. Sebenernya sih aku enggan minjemin buku, karna aku tau, dia
hanya modus biar bisa ketemu aku. Dino kan suka aku.
***
‘fira, tok tok tok”
“masuk!” jawabku. Pasti Dino. Cepet banget tuh anak
datengnya? Perasaan baru aja nutup telpon, eh sekarang udah sampai rumahku.
Aduuh, mana sih catetanku? Kok nggak ada? Seingetku aku taruh di meja belajar,
tapi kok nggak ada ya?
Ah, akhirnya ketemu nih buku! Segera aku keluar kamar untu
menemui Dino. Kulihat dia duduk di pinggir kolam. Tanggannya sedang memegang
guciku. Aku setengah terkejut.
“ini bukunya, maaf lama”
“iya, makasih ya fir. By the way, ini guci dari siapa fir?”
“bukan urusanmu!”. Aku jawab ketus. Kurebut guciku dari
tangannya.
“pyarrrr!!”
Ya ampun, pecah! Aku dorong Dino keluar rumah. Aku sebel
dengan dia. Aku benci dinooooo!!
Andai dia nggak pinjam guciku, pasti guci ini nggak akan
pecah. Dino menawarkan bantuannya untuk memunguti pecahan guci ini. Tapi aku
menolaknya.
“maaf fira, aku bener-bener nggak sengaja” ucap Dino polos.
Aku nggak pernah tahu sebelunya ada seorang cowok meminta maaf setulus Dino.
Aku sempat memandangnya sesaat. Namun rupanya rasa benciku mengalahkan rasa
kasihanku padanya. Aku benci Dino! Aku memunguti pecahan guci dengan sabar.
Hadiah terindah dari mantanku kini tak ada lagi. Guci ini telah pecah. Air
mataku pun menetes tak henti-henti. Maaf guci, maaaaffff L
***
Hari ini ulangan matematika jam pertama! OMG, aku harus
sampe sekolah jam setengah 7. Aku bergegas mengambil kunci mobil dan segera
menuju garasi. Ku coba menyalakan mesinnya. Nyala! Yesss? Kukemudikan pelan.
Aku merasa ada yang nggak beres dengan mobil merahku ini. Kenapa tarikan gasnya
berat ya? Aku keluar mobil dan menge-check ban. Ya ampun, kenapa bisa bocor
sih? Kenapa ban ini bocor disaat yang nggak tepat? Aku ulangan matematika. Oh
Tuhan, apa yang harus ku perbuat? Aku masuk lagi ke mobil. Ku masukkan lagi
mobil kesayanganku ke dalam garasi, lalu aku meninggalkannya. Aku berlarian
kecil menuju depan rumah. Berharap ada taxi lewat. Meang sih, jarang ada taxi
lewat depan rumahku. Paling sehari Cuma ada 7. Itupun nggak tentu jamnya. Ojek
juga jarang banget. Mau keluar perumahan, tapi jauh.aaarrrgghh! sial banget aku
hari ini.
Waktu terus berputar. Ku lihat jam tanganku. Jam 6.45! OMG.
Daritadi nungg taxi lewat, tapi nggak ada yang lewat juga. Nggak tau kenapa,
tiba-tiba Dino datang dengan motor matiknya dan berhenti tepat di depanku untuk
menawari berangkat sekolah bareng. Aku hanya diam. Sebenernya aku masih kesel
sama dia gara-gara guci kemarin.
“beneran nggak mau? Yaudah” tawar Dino cuek. Kemudian dia
berlalu.
“eh eh Dino, tunggu! Iya deh. Aku mau”. Jawabku. Sebenernya
aku benar-benar malas nebeng si Dino. Iya memang di cakep sih, perhatian,
tinggi juga, tapi ya gitu deh. Aku ngga suka aja dengannya.
***
Huft, untung aja tadi ada Dino, coba kalo nggak? Pasti aku
udah di hukum sama pak Wow. By the way, kenapa aku jad mikirin dia ya? Ah
sudahlah! Lupakan fira. Aku berusaha menghapus pikiranku tentangnya. Eh tapi,
kalo ku pikir-pikir, Dino juga cakep sih, tinggi. Anak basket juga. Kalo
perhatian, ya perhatian. Lebih perhatian daripada pangeranku sebelumnya. Baik,
pinter pula. Aduh, kenapa aku jadi mikirin dia sih? Aku nggak lagi jatuh cinta
kan?
***
Ya ampun! Gerbang sekolah udah ditutup, aku telat! Ini pasti
gara-gara tadi malam keasyikan ngisi blog, paginya bangun kesiangan, dan
akhirnya telat masuk sekolah deh. Aku nggak bisa ngebayangin hukuman yang
diberikan pak Wow, guru matematika yang super rajin dan disilin. Setengah 7
udah stand by di depan gerbang untuk memeriksa satu-persatu perlengkapan
seragam muridnya, sekaligus yang memberikan hukuman bagi siswa-siswinya yang
terlambat masuk kelas. Dan salah satunya adalah aku.
Gerbang udah ditutup. Akibatnya mobilku nggak bisa masuk
sekolah. Terpaksa deh, parker di depan sekolah. Pak Wow mulai menceramahiku.
Kulihat jam, 7.05! hanya terlambat 5 menit, pasti ceramahnya 5 jam. Tapi
untunglah, pak Wow nggak terlalu lama menceramahiku. Cukup setengah jam saja.
tapi itupun sudah membuatku sangat kenyang, sekalipun aku belum makan pagi.
Kini, hukuman yang aku terima adalah hormat kepada bendera hingga bel istirahat
pertama bordering. OMG! Aku harus hormat bendera mulai jam 7.35 hingga jam 10?
Mimpi apa semalam? Daripada hukumannya nambah, mending aku jalani aja hukuman
dari pak Wow. Berat sih, apalagi yang telat hanya aku. Nggak ada temennya.
Pasti aku jadi pusat perhatian. Aaaaaaa! Aku benci jadi pusat perhatian!
***
Kulirik jam ditanganku. Jam 9.34! artinya, sekitar setengah
jam lagi aku selesai menjalani hukuman yang wow dari pak Wow. Dan sesuai dengan
dugaanku. Si Dion lewat bersama satu temannya. Dia hanya tersenyum melihatku.
Lalu dia mendekatiku.
“tetep semangat! Keep smile” bisiknya.
Aku hanya diam. Bibirku agak monyong sedikit. Manyun. Mana
bisa aku tersenyum menjalani suatu hukuman yang teramat sangat memalukan ini?
Dasar cowok aneh! Ku perhatikan langkahnya. Rupanya dia bersama temannya menuju
toilet yang terletak dibelakang aula.
Ntahlah, mungkin karna aku belum makan pagi, perutku terasa
mual. Kepalaku juga pusing. Aku tak lagi berdiri dengan seimbang. Semakin lama
semakin mual dan pusing. Aku tak kuat lagi berdiri. Tiba-tiba ada sesosok orang
yang menolongku. Aku tak tau siapa dia.
***
Kepalaku terasa sakit, penglihatanku kabur. Kulihat
sekelilingku. Aku mengenal tempat ini. Tapi dimana? Kulihat pula sesosok pria
yang duduk disampingku. Dan aku mengenalnya. Dino! Kenapa dia ada disini? Aku
masih bingung. Ku lihat lagi ruangan yang ku tempati. Semakin ku lihat, semakin
aku mengenalnya. UKS. Ya, aku ada di UKS.
“kamu udah bangun? Bagus deh.
Aku hanya terdiam memandangnya dengan penuh rasa penasaran.
“kamu kan warga Negara yang baik, homat terus pada bendera.,
sampai-sampai kamu nggak memperhatikan kondisimu. Kamu pingsan deh di lapangan.
Malu-maluin aja. Untung ada yang nolong” ucapnya. Sepertinya dia tau apa yang
ada dipikiranku.
“trus yang nolong aku siapa?”tanyaku
“menurutmu?” dia justru balik bertanya.
“aku balik ke kelas dulu ya. Nggak enak ninggalin pelajaran.
Bye, cepet sembuh ya”. Dino berlalu keluar dari UKS dan menuju kelasnya. Aku
masih penasaran, siapa yang rela menolongku? Baik banget dia? Dino? Atau ….
***
Malam ini Dino mengajakku hangout. Sebenarnya aku males
jalan bareng dia. Tapi tak apalah, itung-itung refreshing karna seminggu ini
seakan jadi penjara bagiku. Tugas se bukit barisan, ulangan antre bejibun.
Selama perjalanan, aku ngga banyak bicara dengan dia. Selalu dia terlebih
dahulu yang memulai percakapan. Selama hangoutpun aku juga nggak merengek minta
di belikan ini itu. Hingga Dino mengajakku ke sebuah restoran Jepang. Dia
benar-benar tahu makanan kesukaanku. Dino memanggil salah satu peayan dan
memesan makanan. Kemudian pelayan itu pergi. Kulihat sekeliling restoran ini.
Nggak terlalu ramai,lampunya pun agak redup, sehingga memberikan efek romantis.
Aku melirik Dino. Tampaknya dia tak memperhatikanku. Pandangannya menuju salah
satu pelanggan yang sedang menikmati makanannya di restoran ini. Akupun menoleh
sesuai apa yang diapandang oleh Dino. Tampaknya, pelanggan yang dipandang Dino
adalah seorang gadis canti yang sedang duduk bersama pacarnya. Aku melirik Dino
lagi. Dia masih tetap pada posisi seperti tadi, masih memandangi dua insan yang
sedang bercinta.
“fira”
“iya?”, jawabku pada Dino yang tiba-tiba menanyaiku.
“will you be mine?” tanyanya sambil membawakan sebuah
liontin yang cantik. Aku hanya diam tanpa kata, hatiku berdegub kencang. Sebenarnya,
akupun mulai menyukainya. Nggak pernah terfikirkan bahwa Dino akan menembakku
seperti ini. Yang aku pikir, Dino adalah sesosok pria tampan yang memiliki
cinta monyet. Beberapa bulan lalu, dia menyatakan cinta padaku, namun aku tak
menanggapinya, karna pada waktu itu, aku masih menggandeng pacar. Namun
sekarang, aku tak lagi menggandeng pacar. Tak lagi juga memiliki gebetan. Dino
menembakku disaat yang tepat.
“maaf Dino, aku nggak bisa” jawabku singkat. Aku bergegas
keluar restoran, dan berlarian kecil menuju parkir mobilku. Aku tau Dino mengejarku.
Tapi aku berusaha lepas dari pengejarannya.
Aku bingung dimana mobilku terparkir. aku terus berlarian kecil mencari
pintu keluar menuju perkir mobll. Namun tak juga menemukannya. Hingga Dino
berhasil meraih tanganku, namun aku menepisnya. Aku ingin pulang. Aku ingin
menata hatiku yang masih berantakan tidak karuan. Namun Dino tetap tak mau
melepaskanku. Dia tak rela jika aku pulang sendiri mengendarai mobil denga hati
yang masih kacau ini.ntah mengapa, aku berjalan terus hingga menemukan pintu keluar,
namun bukan pintu keluar menuju prkir mobil, tapi justru pintu utama, dimana
taxi-taxi berhenti, dan menunggu penumpangnya.
Aku terus berjalan diikuti Dino. Dia berusaha menjelaskanku
dan meminta maaf padaku berkali kali, namun aku tak menggubrisnya. Aku terus
berjalan yang mulai tak menentu arahnya. Kini aku dan Dino berada di sebuah
gang kecil yang aku juga tak tau sebelumnya. Semakin aku berjalan menyusuri
gang ini, semakin sepi pula. Ku hentikan langkahku ketika aku mengetahui ada 3
orang yang bertampan seram berada didepanku. Dinopun juga menghentikan
langkahnya. Aku tau, 3 orang ini adalah preman. Aku berusaha membalikkan badan
dan berlari sekuat tenaga. Dinopun melakukan hal yang sama denganku. Highheles
yang ku pakai membuat kakiku sakit ketika brlari. Aku tak tahan. Aku berusaha
melepas sepatuku. Namun 3 orang itu berhasil menangkapku. Aku tertangkap dan
tak bisa berbuat apa-apa. Dino telah berlari jauh. Aku berteriak memanggilnya.
Aku nggak tau apa yang harus ku perbuat. Aku pasrah. Kekuatanku tak sebanding
dngan kekuatan ketiga preman liar ini. Kulihat Dino menghentikan langkahnya,
dan berbalik arah ingin menolongku. Dia melawan kedua preman ini, sedangkan
yang satunya memegangi tanganku. Aku ingin membantu Dino mengalahkan
preman-preman busuk ini. Namun apalah dayaku. Untuk melepaskan dari genggaman 1
preman saja aku tak bisa. Dino tak telalu pintar berkelahi, dia juga bukan anak
silat. Dino dihabisi oleh kedua preman itu. Dino lemas. Aku berteriak minta
tolong. Namun tak ada seorangpun yang menolongku, sekalipun ada orang yang
melihatku. aku menangis sekencang-kencangnya. Untung ada sekelompok orang yang
tiba-tiba menolongku dan menyerang ketiga preman itu. Aku berterima kasih
kepada sekelompok orang yang menolongku. Aku berlari menemui Dino. Aku segera
menelpon taxi untuk membawa Dino ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan ke rumah
sakit, aku menangis tak henti-hentinya. Sepanjang perjalanan itu pula, Dino
berusaha berbicara padaku. Dia meminta maaf padaku atas kejadian yang terjadi
malam ini. Dia juga mengatakan, bahwa dia berjanji akan berlatih silat untuk
selalu menjagaku dimanapun aku berada. Dia rela tak menjadi pacarku, asalkan
dia mampu menjagaku kapanpun. Tak lama kemudian, Dino menghembuskan nafas yang
terakhir.
Air mataku pun mengalir deras. Aku benar benar menyesal.
Andai aku melupakan pangeran hatiku dahulu dan menerima cinta Dino, kejadian
buruk tak ini tak kan menimpa Dino dan aku. Ketulusannya mampu mengubah rasa
benciku menjadi rasa cinta untuknya.setiap kebaikannya, benar-benar menyentuh
hatiku. Namun rupanya, aku terlalu
gengsi untuk mengatakannya pada Dino. Selamat jalan Dino. Aku akan slalu
menyayangimu sekalipun kau tak lagi di sisiku. Ini adalah penyesalanku,
penyesalan terdalam dalam hidupku …
Dibalas dengan Dusta
Pagi ini, aku merasa bahagia sekali. Ntah apa yang
menyebabkan aku bahagia. Yang jelas, aku ingin tersenyum kepada siapapun agar
mereka tau bahwa aku sangat bahagia pagi ini. Ku lihat handphone-ku, tak ada
bbm dari dia. Tumben? Biasanya sebelum aku bangun tidur, sudah ada bbm dari
dia. “Selamat pagi sayang..”. aku sampai hafal isi pesan singkatnya. Tapi pagi
ini tak ada pesan singkat darinya. Ah, tak masalah bagiku. Mungkin saja ia
masih tidur, pikirku. Tak pernah aku mengawali mengucapkan selamat pagi
padanya. Karna setiap hari, dia selalu mengirimkan pesan khasnya padaku, dan
aku cukup membalas “selamat pagi juga sayang…”. Ya begitulah aku. Aku sangat
beruntung memiliki kekasih seperti dia. Sosok kekasih yang sangat pengertian kepadaku.
Dia juga selalu meluangkan waktunya untukku, sesibuk apapun urusannya. Dia
tampan, dia pintar, dan dia keren. Jika bicara tentang kesetiaan, menurutku dia
cukup setia kok. Buktinya dia setia menemaniku selama 3 tahun. Hanya saja
beberapa waktu lalu dia pernah kepergok berduaan dengan wanita lain. Kejadian
yang cukup menyakitkan bagiku. Tapi.. ya sudahlah, aku sudah memaafkannya.
Lagipula dia juga sudah meminta maaf dan berjanji takkan mengulanginya lagi.
Kini aku benar-benar merasa menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini
karna aku memiliki kekasih sepertinya.
***
Hufft. Ku lempar tasku di meja belajar, lalu kurebahkan
tubuhku diatas kasur kamarku yang empuk. Nyaman sekali. Pelajaran hari ini
membuatku merasa letih dan lapar. Aku bangkit dari tempat tidur, keluar kamar
menuruni tangga menuju ruang makan. OMG! Nggak ada makanan di meja makan. Lupa.
Bik Sum nggak masuk. Pantes nggak ada makanan. Aku naik lagi ke kamar, meraih
handphone-ku yang masih tergeletak di atas kasur.
“halo? Sayang kamu lagi dimana? Makan yuk, aku laper nih”.
Pintaku pada pacarku.
“maaf sayang aku lagi sibuk”. Jawabnya singkat.
Tumben banget pacarku menolak permintaanku? Tak pernah
biasanya dia menolak apa yang ku pinta. Sibuk? Sibuk kuliah? Bukankah sesibuk
apapun dia selalu meluangkan waktunya untukku? Entah sekedar mengirim bbm atau
menelponku? Aku jadi penasaran dengan kesibukan barunya. Tugas? Sebanyak apa
tugasnya? Apakah tugasnya susah? Ntah mengapa rasa laparku menjadi hilang hanya
gara-gara aku memikikan kesibukan barunya itu.
***
Malam ini, Nesya, Tara dan Anya mengajakku jalan. Mereka menyuruhku untuk mengajak juga
pacarku. Aku berusaha menghubungi pacarku berulangkali. Tapi tak juga diangkat
handphone-nya. Dan ketika dia mengangkat handphone-nya, dia menjawab sama
ketika aku memintanya menemaniku makan kemarin. Dia sedang sibuk. Pikiranku
mulai menjadi-jadi. Sibuk apa? Sejak kapan dia mulai mengabaikanku hanya demi
kesibukan barunya itu?
Kami jalan tanpa pacarku. Aku berusaha melupakan tentang
kesibukan pacarku yang selama ini membuatku susah tidur. Kami menyusuri
sepanjang jalan Malioboro. Malam ini benar-benar ramai. Banyak kaum muda-mudi
menghabiskan malamnya bersama kekasihnya di Malioboro ini. Seperti cewek-cewek
pada umumnya, aku, Nesya, Tara dan Anya belanja menghabiskan tabungan kami.
Setelah capek jalan-jalan dan belanja di sepanjang Malioboro, kami memutuskan
untuk makan sekaligus melepas letih kami. Nesya yang memilih restoran ini.
Restoran yang tak terlalu besar, namun tempatnya indah. Kata Nesya, restoran
ini terkenal dengan masakannya yang lezat. Aku belum pernah ke restoran ini
sebelumnya. Ku lihat seluruh isi restoran ini. Cukup ramai. Lampunya
berkelip-kelip, di pojok restoran ini ada sebuah piano yang sedang dimainkan
oleh salah satu pelanggan. Aku mendengarkan suara sentuhan tuts piano sesosok orang
yang memainkannya. Rasanya aku nggak asing dengan lagu ini. Sebuah lagu
romantis dari Cristina Perri. A thousand years. Aku benar-benar menikmati
alunan piano ini. Dan aku benar-benar mengenal alunan piano ini. Bukankah ini
adalah alunan yang pernah dibawakan kekasihku ketika aku berulang tahun ke 17
yang lalu? Alunan ini tak berbeda dengan alunan yang sedang dimainkan oleh
sesosok orang di restoran ini.
Alunan piano ini hampir selesai. Dan aku berjalan menuju
seseorang yang telah memainkan piano. Aku mendekatinya. Namun alunan telah
selesai dan dia pergi ke salah satu meja makan. Di meja makan itu terdapat satu
wanita yang sedang duduk manis menanti sosok pemain piano itu. Aku hanya
memandanginya. Rasanya aku tak asing dengan sesosok pemain piano itu. Entah
mengapa hatiku ingin tahu tentang dia. Aku berjalan mendekati meja makannya.
Kulihat wajahnya. Aku hanya diam terpaku melihat dirinya. Air mata berjatuhan
tetes demi tetes. Kekasihku! Apa yang telah dia perbuat dibalik kesibukannya
selama ini? Tak sempat aku berkata, aku segera berlari keluar restoran. Dia
mengejarku mencoba meraih tanganku. Dia berhasil meraih tanganku tengah-tengah
ramainya Malioboro. Dia berlutut memohon kepadaku sambil menangis. Aku tak
sanggup melihatnya. Aku tak sanggup memandangnya. Air mataku mengalir deras.
Begitupun juga dengannya. Dia memelukku erat. Aku hanya diam tak membalas
pelukannya. Kini pelukannya terasa hambar. Tak sehangat dan seindah dulu. Dia
menghancurkanku, menghancurkan mimpi-mimpiku bersamanya. 3 tahun bersama, dan inikah
balasan atas ketulusanku? Sebuah pengkhianatan untuk kedua kalinya…
Semudah itu kau ucapkan kata maaf, kekasihku..
Setelah kau lalukan lagi kesalahan yang sama
Dimana perasaanmu saat kau melakukan salah yang sama
Inikah cara dirimu membalas tulus cinta yang tlah ku beri?
Menyakitkan bila cintaku dibalas dengan dusta
Namun mencintamutakkan kusesali
Karna aku yang memilihmu ….
(audy-dibalas dengan dusta)
Sabtu, 18 Mei 2013
Kejutan Darinya
gerimis malam ini membuat udara kamarku semakin dingin. ac yang awalnya kunyalakan, kini kumatikan. dingin ini benar-benar menusuk tulangku. aku tak tahan. kutarik selimut menutupi tubuhku. ntah mengapa aku kedinginan seperti ini. biasanya aku paling tahan dengan udara dingin, sekalipun hujan deras mengguyur.selimut yang menutupi tubuhku ternyata mampu menghangatkanku. aku lebih meraa tenang.
getaran handphone-ku membuatku kaget dan terbangun. kulihat layar dan kubaca pesan masuk. Dia!! dia lagi! mengapa ia masih memperdulikanku? bukankah dia telah meninggalkan dan mengabaikanku? ah lupakan! ku mulai membaca.
"dear sayang, maaf malam-malam mengganggumu. aku cuma mau bilang...
I love you "
apa maksud pesan darinya? aku tak mengerti. yang kutahu bahwa selama ini dia datang dan pergi begitu saja. meninggalkanku, dan tak perdulikanku. tak pernah ada disaat aku butuh. ketika aku merasa sendiri pun dia juga tak lagi menemaniku. apakah ini semua hanya permainannya? dan aku sebagai kelinci yang terlihat bodoh karna permainannya? tapi.. mengapa dia mengirimkan pesan dan mengatakan bahwa ia mencintaiku? apakah ini senjata awal agar aku terjebak oleh permaninannya?
ntah mengapa, sejak aku mendapat pesan singkat darinya, aku jadi susah tidur. kubaca berulang kali pesannya itu. I love You, I love you... apa maksudnya? memang selama ini aku terlanjur benci terhadapnya. pengabaiannya yang membuatku enggan tuk menghubungi dia, kekasihku, sekalipun rindu menusuk jantungku. kucoba memejamkan mata, berharap aku dapat melalui malam ini dengan mimpi indah yang akan menjadi kenyataan.
***
ku tunggu pesan singkatnya lagi. berharap ia mengirimkan pesan yang berbeda untukku. dan feeling ku benar. ia mengirimkan pesan singkat kepadaku. "I miss you". mengapa pesan darinya seperti ini? memang beda dengan pesan misterius sebelumnya, tapi bukankah kedua pesan ini memiliki makna yang hampir sama?
aku mencoba mencari tau dibalik pesan-pesannya ini. ku coba menelpon dia. tapi handphone-nya tak aktif. aku benci keadaan seperti ini! dia tak pernah ada disaat aku membutuhkannya. sebenarnya kali ini aku tak terlalu butuh, namun aku hanya ingin tau apa makna dari pesan-pesannya yang dikirimkan kepadaku dua hari ini.
***
pagi ini aku tak kuat bangun dari kasurku yang empuk. bukan karena aku malas, tapi karna perutku menahanku untuk bangun. sakiiiittt sekali! sakit bukan main! aku hanya berbaring lemah diatas kasurku. mentaripun mulai menyapaku. sinarnya melewati celah daun-daun dan jendela kamarku. selamat pagi fira, begitulah sekiranya mentari itu menyapaku. dan aku hanya bisa tersenyum membalas sapaannya itu. kulihat layar handphone-ku yang tergelatak persis di sebelah bantalku. tak ada pesan darinya. dia kemana? apa maksud dia selama ini? hatiku bertanya-tanya tak tentu.
suara pintu kamar terbuka. bik sum, pikirku. dia selalu menemani dan merawatku sajak mama dan papa ke singapore untuk menghidupiku. "pagi sayang" sapanya. tapi kini yang kudengar bukanlah suara bik sum, tetapi suara lelaki yang benar-benar aku kenal. kekasihku! kulihat ia membawakanku sepiring makanan dan segelas susu. aku hanya diam menatapnya.
senyumnya mengawali pembicaraanku dengannya. "maaf sayang, selama ini aku hilang bukan karna aku meninggalkan dan mengabaikanmu, aku hanya pergi sebentar".
aku hanya diam tak menjawab.
"kemarin, aku mendapat kabar dari dr. Wilson, bahwa ada yang mau mendonorkan hatinya untukmu, dan hari ini bisa dilakukan operasinya".
air mataku menetes deras, "jadi selama ini, kamu menghilang untuk mencarikan donor hati untukku?" tanyaku lirih.
"iya", jawabnya lembut. "aku hanya ingin melihat pacarku tersnyum lagi"
kupeluk erat pacarku, dan tak perdulikan sakitnya perutku. ternyata, selama ini orang yang telah aku benci, ia justru sedang berusaha membuatku tersenyum kembali. maaf sayang, aku telah membencimu. dan mulai sekarang aku berjanji, aku takkan membencimu lagi, dan aku juga akan berusaha membuat bahagiamu.
getaran handphone-ku membuatku kaget dan terbangun. kulihat layar dan kubaca pesan masuk. Dia!! dia lagi! mengapa ia masih memperdulikanku? bukankah dia telah meninggalkan dan mengabaikanku? ah lupakan! ku mulai membaca.
"dear sayang, maaf malam-malam mengganggumu. aku cuma mau bilang...
I love you "
apa maksud pesan darinya? aku tak mengerti. yang kutahu bahwa selama ini dia datang dan pergi begitu saja. meninggalkanku, dan tak perdulikanku. tak pernah ada disaat aku butuh. ketika aku merasa sendiri pun dia juga tak lagi menemaniku. apakah ini semua hanya permainannya? dan aku sebagai kelinci yang terlihat bodoh karna permainannya? tapi.. mengapa dia mengirimkan pesan dan mengatakan bahwa ia mencintaiku? apakah ini senjata awal agar aku terjebak oleh permaninannya?
ntah mengapa, sejak aku mendapat pesan singkat darinya, aku jadi susah tidur. kubaca berulang kali pesannya itu. I love You, I love you... apa maksudnya? memang selama ini aku terlanjur benci terhadapnya. pengabaiannya yang membuatku enggan tuk menghubungi dia, kekasihku, sekalipun rindu menusuk jantungku. kucoba memejamkan mata, berharap aku dapat melalui malam ini dengan mimpi indah yang akan menjadi kenyataan.
***
ku tunggu pesan singkatnya lagi. berharap ia mengirimkan pesan yang berbeda untukku. dan feeling ku benar. ia mengirimkan pesan singkat kepadaku. "I miss you". mengapa pesan darinya seperti ini? memang beda dengan pesan misterius sebelumnya, tapi bukankah kedua pesan ini memiliki makna yang hampir sama?
aku mencoba mencari tau dibalik pesan-pesannya ini. ku coba menelpon dia. tapi handphone-nya tak aktif. aku benci keadaan seperti ini! dia tak pernah ada disaat aku membutuhkannya. sebenarnya kali ini aku tak terlalu butuh, namun aku hanya ingin tau apa makna dari pesan-pesannya yang dikirimkan kepadaku dua hari ini.
***
pagi ini aku tak kuat bangun dari kasurku yang empuk. bukan karena aku malas, tapi karna perutku menahanku untuk bangun. sakiiiittt sekali! sakit bukan main! aku hanya berbaring lemah diatas kasurku. mentaripun mulai menyapaku. sinarnya melewati celah daun-daun dan jendela kamarku. selamat pagi fira, begitulah sekiranya mentari itu menyapaku. dan aku hanya bisa tersenyum membalas sapaannya itu. kulihat layar handphone-ku yang tergelatak persis di sebelah bantalku. tak ada pesan darinya. dia kemana? apa maksud dia selama ini? hatiku bertanya-tanya tak tentu.
suara pintu kamar terbuka. bik sum, pikirku. dia selalu menemani dan merawatku sajak mama dan papa ke singapore untuk menghidupiku. "pagi sayang" sapanya. tapi kini yang kudengar bukanlah suara bik sum, tetapi suara lelaki yang benar-benar aku kenal. kekasihku! kulihat ia membawakanku sepiring makanan dan segelas susu. aku hanya diam menatapnya.
senyumnya mengawali pembicaraanku dengannya. "maaf sayang, selama ini aku hilang bukan karna aku meninggalkan dan mengabaikanmu, aku hanya pergi sebentar".
aku hanya diam tak menjawab.
"kemarin, aku mendapat kabar dari dr. Wilson, bahwa ada yang mau mendonorkan hatinya untukmu, dan hari ini bisa dilakukan operasinya".
air mataku menetes deras, "jadi selama ini, kamu menghilang untuk mencarikan donor hati untukku?" tanyaku lirih.
"iya", jawabnya lembut. "aku hanya ingin melihat pacarku tersnyum lagi"
kupeluk erat pacarku, dan tak perdulikan sakitnya perutku. ternyata, selama ini orang yang telah aku benci, ia justru sedang berusaha membuatku tersenyum kembali. maaf sayang, aku telah membencimu. dan mulai sekarang aku berjanji, aku takkan membencimu lagi, dan aku juga akan berusaha membuat bahagiamu.
Senin, 07 Januari 2013
Mantan
mantan itu apasih? kalo menurut fira, mantan itu bekas. bekas apa? apa yaa? hahahaha :D
kali ini fira akan membahas tentang mantan pacar. mantan pacar kalo menurut fira adalah bekas pacar, atau pacar tapi udah putus.
emang sih, mantan itu terkesan ngeselin. bahkan ada yang sampai mengolok-ngolok mantannya. mungkin karna terlalu jengkel kali ya? eiiitttssss jangan gitu dongs. emang mantan sih kadang ngeselin. biasanya, kalo udah mantan, itu pernah nglukai, atau bikin sakit hati kita. tapi nggak harus mengolok-ngolok mantan kita kan?
mungkin sang mantan punya alasan tersendiri jika dia memutuskan kita. ntah karna fokus belajar, atau nggak dapet restu dari ortu, atau mungkin aja punya cewe lain. udahlah, itu sih urusan mantan. kesel sih ya kesel. tapi kita kan juga udah berusaha memberikan yang terbaek. kalo mantan minta putus ya putus aja. mungkin waktu bersamanya udah kadaluwarsa. atau mungkin justru diluar sana ada yang lebih baik dari sang mantan :)
kita tuh nggak patut mengolok-ngolok, atau mengumbar kesalahan mantan. mantan itu justru orang yang mengajari kita menjadi pribadi yang lebih dewasa. toh dia juga pernah jadi seseorang yang mencintai kita kan? berterima kasihlah pada mantan. karna dia memberi kesempatan pada kita untuk menemukan seseorang yang lebih baik :)
kali ini fira akan membahas tentang mantan pacar. mantan pacar kalo menurut fira adalah bekas pacar, atau pacar tapi udah putus.
emang sih, mantan itu terkesan ngeselin. bahkan ada yang sampai mengolok-ngolok mantannya. mungkin karna terlalu jengkel kali ya? eiiitttssss jangan gitu dongs. emang mantan sih kadang ngeselin. biasanya, kalo udah mantan, itu pernah nglukai, atau bikin sakit hati kita. tapi nggak harus mengolok-ngolok mantan kita kan?
mungkin sang mantan punya alasan tersendiri jika dia memutuskan kita. ntah karna fokus belajar, atau nggak dapet restu dari ortu, atau mungkin aja punya cewe lain. udahlah, itu sih urusan mantan. kesel sih ya kesel. tapi kita kan juga udah berusaha memberikan yang terbaek. kalo mantan minta putus ya putus aja. mungkin waktu bersamanya udah kadaluwarsa. atau mungkin justru diluar sana ada yang lebih baik dari sang mantan :)
kita tuh nggak patut mengolok-ngolok, atau mengumbar kesalahan mantan. mantan itu justru orang yang mengajari kita menjadi pribadi yang lebih dewasa. toh dia juga pernah jadi seseorang yang mencintai kita kan? berterima kasihlah pada mantan. karna dia memberi kesempatan pada kita untuk menemukan seseorang yang lebih baik :)
Langganan:
Komentar (Atom)