Lagi-lagi turun hujan di wajahku. Entah mengapa pelupuk mataku tak kuat lagi membendung air hujan yang ingin keluar dan membasahi wajahku. Untuk kesekian kalinya, aku menangis lagi. Menangisi dia. Pria yang tampan yang menjadi pangeran hatiku selama 11 bulan ini. Akupun tak paham alasan yang mendasari putusnya hubunganku dengannya. Ia hanya pergi tanpa meninggalkan pesan. Aku telah berulang kali mencoba menemui dan menghubunginya, tetapi aku tak pernah berhasil.
Kulihat jam dinding yang bertengger di kamarku. Bentuknya Doraemon, tokoh kartun yang menjadi idolaku sejak dulu hingga kini. Warnanya biru, melambangkan arti kesetiaan. Ku dapat jam dinding itu darinya. Ia memberiku sebagai lambang kesetiaan, biru. ya biru! Namun hingga kini, aku tak percaya arti tertentu dibalik sebuah warna. Memang dulunya aku sangat mempercayainya, karena ia sanggup menemaniku hingga 11 bulan. Namun kini tiada lagi kisah indah yang dulu. Dia tak lagi hadir dalam hidupku. Dan aku, hanya menangisi kepergiannya tanpa tahu alasan mengapa ia pergi meninggalkanku.
Detik demi detik berlalu, menit demi menit berlalu, hingga hari demi hari berlalu. Aku masih saja menangisi pangeran yang pernah mengisi hatiku. Dia, dia, dan dia! Hanya dia yang ada dalam pikiranku. Memenuhi seluruh ruang otakku. Mengapa aku tak mampu melupakannya? aku tak tahu. Mungkin hanya 1 jawaban yang mampu menjawab pertanyaan itu, "aku sangat mencintainya". Ya! jawaban mantab dari hatiku, utuk pertanyaan yang kurasa sangat sulit untuk dijawab. Ku buka lagi lembaran-lembaran indah saat bersama dirinya. Makan bersama, hangout hingga mengerjakan tugas sekolahpun juga bersamanya. Satu hal yang paling aku benci ketika mengingat segala hal tentangnya, menangis. lagi-lagi aku menangis.
Hari telah pagi. Terdengar suara burung-burung berkicau. Cahaya matahari menembus kamarku melewati celah-celah daun yang berada di depan kamarku. Masih tercium bau hujan semalam. Aku terbangun dari tidurku. Rupanya, semalam aku tidur di meja belajarku. Kutemui album foto yang basah. Ku lihat pula diaryku juga tak kering. Aku heran. Setauku, kamarku tak pernah bocor ketka hujan turun. Ku lihat langit-langit. Tak ada bekas tetesan hujan. Artinya, kamarku tak bocor, lalu, mengapa album foto dan diaryku basah? Aku berusaha mencari tahu air yang membasahi kedua benda yang selalu ku buka tiap harinya. Hingga aku melewati cermin di sebelah meja belajarku. Rasanya ada yang janggal dengan cemin itu. Atau lebih tepatnya, benda yang sedang becermin. Aku! Ya, kini aku tahu. Ternyata, aku sendiri yang membasahi album foto dan diaryku dengan air mataku yang turun deras seperti hujan semalam.
Beruntung hari ini adalah hari minggu. Aku tak perlu buru-buru mandi untuk pergi ke sekolah. Namun, aku berniat untuk pergi ke sebuah salon yang menjadi langgananku. Aku ingin merapikan rambutku yang kurasa terlalu panjang.
Sesampainya di salon, aku disambut dengan pegawai salon. Arni namanya. Dia selalu menyambutku dengan ramah ketika aku berkunjung ke salon yang terletak di salah satu mall di Semarang itu. Tanpa basa-basi, aku menyampaikan maksudku untuk merapikan rambut sekalian creambath. Di sebelah kananku, ada seorang wanita pelanggan juga. Rupanya, ia sedang merebonding rambut panjangnya. Dipegangnya majalah fashion remaja seumuranku. Aku menjadi tertarik untuk membacanya. Namun sayang, majalah itu berada di tumpukan sebelah kanan wanita cantik itu. Aku memanggilnya dan meminta tolong mangambilkan majalah fashion yang berada tidak jauh darinya itu.
Wanita itu sangat ramah. Ia mengambilkanku beberapa tumpuk majalah fashion yang ku inginkan. Baru saja aku membuka beberapa lembar halaman, ia mengajakku mengobrol. Aku berusaha menghargainya, sekalipun aku ingin melihat-lihat isi majalah yang ku pegang.
Aku mendengarkan setiap detail ceritanya. Dia juga bercerita tentang pacarnya dan hubungannya yang telah terjalin 3 bulan terakhir ini. Entah mengapa, ketika wanita itu menceritakan segala hal mengenai pacarnya itu, aku lagi-lagi mengingat dia, mantan pengeran hatiku. Aku hanya tersenyum pada wanita itu, dan akupun menceritakan apa yang terjadi pada hubunganku denganannya. Sebuah cinta yang indah namun kandas. Wanita itu terlihat sedih mendengar ceritaku. Hampir saja ia menitikkan air matanya, tiba-tiba pacarnya datang menemui wanita itu. Ku lihat sosok pria yang menjadi pacar seorang wanita cantik yang berada di sebelah kananku. Aku tak asing dengan pria tersebut. Ku raih tas ku, dan aku segera membayar biaya potong rambut. Kulangkahkan kakiku keluar salon dengan cepat. Tak peduli banyak orang yang melihatku berjalan cepat sambil menitikkan air mata. Pria itu mengikutiku dan berusaha meraih tanganku. Berkali-kali aku menepis tangannya itu. Dia mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun aku tak menggubrisnya. Ternyata, pria yang selama ini menjadi pangeran hatiku, telah menggantikan posisiku dengan wanita lain. Lalu buat apa aku menangisinya selama ini? hanya sebuah penyesalan telah membuang air mataku secara cuma-cuma..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar