Pagi ini, aku merasa bahagia sekali. Ntah apa yang
menyebabkan aku bahagia. Yang jelas, aku ingin tersenyum kepada siapapun agar
mereka tau bahwa aku sangat bahagia pagi ini. Ku lihat handphone-ku, tak ada
bbm dari dia. Tumben? Biasanya sebelum aku bangun tidur, sudah ada bbm dari
dia. “Selamat pagi sayang..”. aku sampai hafal isi pesan singkatnya. Tapi pagi
ini tak ada pesan singkat darinya. Ah, tak masalah bagiku. Mungkin saja ia
masih tidur, pikirku. Tak pernah aku mengawali mengucapkan selamat pagi
padanya. Karna setiap hari, dia selalu mengirimkan pesan khasnya padaku, dan
aku cukup membalas “selamat pagi juga sayang…”. Ya begitulah aku. Aku sangat
beruntung memiliki kekasih seperti dia. Sosok kekasih yang sangat pengertian kepadaku.
Dia juga selalu meluangkan waktunya untukku, sesibuk apapun urusannya. Dia
tampan, dia pintar, dan dia keren. Jika bicara tentang kesetiaan, menurutku dia
cukup setia kok. Buktinya dia setia menemaniku selama 3 tahun. Hanya saja
beberapa waktu lalu dia pernah kepergok berduaan dengan wanita lain. Kejadian
yang cukup menyakitkan bagiku. Tapi.. ya sudahlah, aku sudah memaafkannya.
Lagipula dia juga sudah meminta maaf dan berjanji takkan mengulanginya lagi.
Kini aku benar-benar merasa menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini
karna aku memiliki kekasih sepertinya.
***
Hufft. Ku lempar tasku di meja belajar, lalu kurebahkan
tubuhku diatas kasur kamarku yang empuk. Nyaman sekali. Pelajaran hari ini
membuatku merasa letih dan lapar. Aku bangkit dari tempat tidur, keluar kamar
menuruni tangga menuju ruang makan. OMG! Nggak ada makanan di meja makan. Lupa.
Bik Sum nggak masuk. Pantes nggak ada makanan. Aku naik lagi ke kamar, meraih
handphone-ku yang masih tergeletak di atas kasur.
“halo? Sayang kamu lagi dimana? Makan yuk, aku laper nih”.
Pintaku pada pacarku.
“maaf sayang aku lagi sibuk”. Jawabnya singkat.
Tumben banget pacarku menolak permintaanku? Tak pernah
biasanya dia menolak apa yang ku pinta. Sibuk? Sibuk kuliah? Bukankah sesibuk
apapun dia selalu meluangkan waktunya untukku? Entah sekedar mengirim bbm atau
menelponku? Aku jadi penasaran dengan kesibukan barunya. Tugas? Sebanyak apa
tugasnya? Apakah tugasnya susah? Ntah mengapa rasa laparku menjadi hilang hanya
gara-gara aku memikikan kesibukan barunya itu.
***
Malam ini, Nesya, Tara dan Anya mengajakku jalan. Mereka menyuruhku untuk mengajak juga
pacarku. Aku berusaha menghubungi pacarku berulangkali. Tapi tak juga diangkat
handphone-nya. Dan ketika dia mengangkat handphone-nya, dia menjawab sama
ketika aku memintanya menemaniku makan kemarin. Dia sedang sibuk. Pikiranku
mulai menjadi-jadi. Sibuk apa? Sejak kapan dia mulai mengabaikanku hanya demi
kesibukan barunya itu?
Kami jalan tanpa pacarku. Aku berusaha melupakan tentang
kesibukan pacarku yang selama ini membuatku susah tidur. Kami menyusuri
sepanjang jalan Malioboro. Malam ini benar-benar ramai. Banyak kaum muda-mudi
menghabiskan malamnya bersama kekasihnya di Malioboro ini. Seperti cewek-cewek
pada umumnya, aku, Nesya, Tara dan Anya belanja menghabiskan tabungan kami.
Setelah capek jalan-jalan dan belanja di sepanjang Malioboro, kami memutuskan
untuk makan sekaligus melepas letih kami. Nesya yang memilih restoran ini.
Restoran yang tak terlalu besar, namun tempatnya indah. Kata Nesya, restoran
ini terkenal dengan masakannya yang lezat. Aku belum pernah ke restoran ini
sebelumnya. Ku lihat seluruh isi restoran ini. Cukup ramai. Lampunya
berkelip-kelip, di pojok restoran ini ada sebuah piano yang sedang dimainkan
oleh salah satu pelanggan. Aku mendengarkan suara sentuhan tuts piano sesosok orang
yang memainkannya. Rasanya aku nggak asing dengan lagu ini. Sebuah lagu
romantis dari Cristina Perri. A thousand years. Aku benar-benar menikmati
alunan piano ini. Dan aku benar-benar mengenal alunan piano ini. Bukankah ini
adalah alunan yang pernah dibawakan kekasihku ketika aku berulang tahun ke 17
yang lalu? Alunan ini tak berbeda dengan alunan yang sedang dimainkan oleh
sesosok orang di restoran ini.
Alunan piano ini hampir selesai. Dan aku berjalan menuju
seseorang yang telah memainkan piano. Aku mendekatinya. Namun alunan telah
selesai dan dia pergi ke salah satu meja makan. Di meja makan itu terdapat satu
wanita yang sedang duduk manis menanti sosok pemain piano itu. Aku hanya
memandanginya. Rasanya aku tak asing dengan sesosok pemain piano itu. Entah
mengapa hatiku ingin tahu tentang dia. Aku berjalan mendekati meja makannya.
Kulihat wajahnya. Aku hanya diam terpaku melihat dirinya. Air mata berjatuhan
tetes demi tetes. Kekasihku! Apa yang telah dia perbuat dibalik kesibukannya
selama ini? Tak sempat aku berkata, aku segera berlari keluar restoran. Dia
mengejarku mencoba meraih tanganku. Dia berhasil meraih tanganku tengah-tengah
ramainya Malioboro. Dia berlutut memohon kepadaku sambil menangis. Aku tak
sanggup melihatnya. Aku tak sanggup memandangnya. Air mataku mengalir deras.
Begitupun juga dengannya. Dia memelukku erat. Aku hanya diam tak membalas
pelukannya. Kini pelukannya terasa hambar. Tak sehangat dan seindah dulu. Dia
menghancurkanku, menghancurkan mimpi-mimpiku bersamanya. 3 tahun bersama, dan inikah
balasan atas ketulusanku? Sebuah pengkhianatan untuk kedua kalinya…
Semudah itu kau ucapkan kata maaf, kekasihku..
Setelah kau lalukan lagi kesalahan yang sama
Dimana perasaanmu saat kau melakukan salah yang sama
Inikah cara dirimu membalas tulus cinta yang tlah ku beri?
Menyakitkan bila cintaku dibalas dengan dusta
Namun mencintamutakkan kusesali
Karna aku yang memilihmu ….
(audy-dibalas dengan dusta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar