Kamis, 23 Mei 2013

Dibalas dengan Dusta



Pagi ini, aku merasa bahagia sekali. Ntah apa yang menyebabkan aku bahagia. Yang jelas, aku ingin tersenyum kepada siapapun agar mereka tau bahwa aku sangat bahagia pagi ini. Ku lihat handphone-ku, tak ada bbm dari dia. Tumben? Biasanya sebelum aku bangun tidur, sudah ada bbm dari dia. “Selamat pagi sayang..”. aku sampai hafal isi pesan singkatnya. Tapi pagi ini tak ada pesan singkat darinya. Ah, tak masalah bagiku. Mungkin saja ia masih tidur, pikirku. Tak pernah aku mengawali mengucapkan selamat pagi padanya. Karna setiap hari, dia selalu mengirimkan pesan khasnya padaku, dan aku cukup membalas “selamat pagi juga sayang…”. Ya begitulah aku. Aku sangat beruntung memiliki kekasih seperti dia. Sosok kekasih yang sangat pengertian kepadaku. Dia juga selalu meluangkan waktunya untukku, sesibuk apapun urusannya. Dia tampan, dia pintar, dan dia keren. Jika bicara tentang kesetiaan, menurutku dia cukup setia kok. Buktinya dia setia menemaniku selama 3 tahun. Hanya saja beberapa waktu lalu dia pernah kepergok berduaan dengan wanita lain. Kejadian yang cukup menyakitkan bagiku. Tapi.. ya sudahlah, aku sudah memaafkannya. Lagipula dia juga sudah meminta maaf dan berjanji takkan mengulanginya lagi. Kini aku benar-benar merasa menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini karna aku memiliki kekasih sepertinya.

***

Hufft. Ku lempar tasku di meja belajar, lalu kurebahkan tubuhku diatas kasur kamarku yang empuk. Nyaman sekali. Pelajaran hari ini membuatku merasa letih dan lapar. Aku bangkit dari tempat tidur, keluar kamar menuruni tangga menuju ruang makan. OMG! Nggak ada makanan di meja makan. Lupa. Bik Sum nggak masuk. Pantes nggak ada makanan. Aku naik lagi ke kamar, meraih handphone-ku yang masih tergeletak di atas kasur.
“halo? Sayang kamu lagi dimana? Makan yuk, aku laper nih”. Pintaku pada pacarku.
“maaf sayang aku lagi sibuk”. Jawabnya singkat.
Tumben banget pacarku menolak permintaanku? Tak pernah biasanya dia menolak apa yang ku pinta. Sibuk? Sibuk kuliah? Bukankah sesibuk apapun dia selalu meluangkan waktunya untukku? Entah sekedar mengirim bbm atau menelponku? Aku jadi penasaran dengan kesibukan barunya. Tugas? Sebanyak apa tugasnya? Apakah tugasnya susah? Ntah mengapa rasa laparku menjadi hilang hanya gara-gara aku memikikan kesibukan barunya itu.

***

Malam ini, Nesya, Tara dan Anya mengajakku jalan.  Mereka menyuruhku untuk mengajak juga pacarku. Aku berusaha menghubungi pacarku berulangkali. Tapi tak juga diangkat handphone-nya. Dan ketika dia mengangkat handphone-nya, dia menjawab sama ketika aku memintanya menemaniku makan kemarin. Dia sedang sibuk. Pikiranku mulai menjadi-jadi. Sibuk apa? Sejak kapan dia mulai mengabaikanku hanya demi kesibukan barunya itu?

Kami jalan tanpa pacarku. Aku berusaha melupakan tentang kesibukan pacarku yang selama ini membuatku susah tidur. Kami menyusuri sepanjang jalan Malioboro. Malam ini benar-benar ramai. Banyak kaum muda-mudi menghabiskan malamnya bersama kekasihnya di Malioboro ini. Seperti cewek-cewek pada umumnya, aku, Nesya, Tara dan Anya belanja menghabiskan tabungan kami. Setelah capek jalan-jalan dan belanja di sepanjang Malioboro, kami memutuskan untuk makan sekaligus melepas letih kami. Nesya yang memilih restoran ini. Restoran yang tak terlalu besar, namun tempatnya indah. Kata Nesya, restoran ini terkenal dengan masakannya yang lezat. Aku belum pernah ke restoran ini sebelumnya. Ku lihat seluruh isi restoran ini. Cukup ramai. Lampunya berkelip-kelip, di pojok restoran ini ada sebuah piano yang sedang dimainkan oleh salah satu pelanggan. Aku mendengarkan suara sentuhan tuts piano sesosok orang yang memainkannya. Rasanya aku nggak asing dengan lagu ini. Sebuah lagu romantis dari Cristina Perri. A thousand years. Aku benar-benar menikmati alunan piano ini. Dan aku benar-benar mengenal alunan piano ini. Bukankah ini adalah alunan yang pernah dibawakan kekasihku ketika aku berulang tahun ke 17 yang lalu? Alunan ini tak berbeda dengan alunan yang sedang dimainkan oleh sesosok orang di restoran ini.

Alunan piano ini hampir selesai. Dan aku berjalan menuju seseorang yang telah memainkan piano. Aku mendekatinya. Namun alunan telah selesai dan dia pergi ke salah satu meja makan. Di meja makan itu terdapat satu wanita yang sedang duduk manis menanti sosok pemain piano itu. Aku hanya memandanginya. Rasanya aku tak asing dengan sesosok pemain piano itu. Entah mengapa hatiku ingin tahu tentang dia. Aku berjalan mendekati meja makannya. Kulihat wajahnya. Aku hanya diam terpaku melihat dirinya. Air mata berjatuhan tetes demi tetes. Kekasihku! Apa yang telah dia perbuat dibalik kesibukannya selama ini? Tak sempat aku berkata, aku segera berlari keluar restoran. Dia mengejarku mencoba meraih tanganku. Dia berhasil meraih tanganku tengah-tengah ramainya Malioboro. Dia berlutut memohon kepadaku sambil menangis. Aku tak sanggup melihatnya. Aku tak sanggup memandangnya. Air mataku mengalir deras. Begitupun juga dengannya. Dia memelukku erat. Aku hanya diam tak membalas pelukannya. Kini pelukannya terasa hambar. Tak sehangat dan seindah dulu. Dia menghancurkanku, menghancurkan mimpi-mimpiku bersamanya. 3 tahun bersama, dan inikah balasan atas ketulusanku? Sebuah pengkhianatan untuk kedua kalinya…

Semudah itu kau ucapkan kata maaf, kekasihku..
Setelah kau lalukan lagi kesalahan yang sama
Dimana perasaanmu saat kau melakukan salah yang sama
Inikah cara dirimu membalas tulus cinta yang tlah ku beri?
Menyakitkan bila cintaku dibalas dengan dusta
Namun mencintamutakkan kusesali
Karna aku yang memilihmu ….
(audy-dibalas dengan dusta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar