Jumat, 04 Maret 2016

Ketika Rindu Memanggil Namamu

Time runs fast. Segalanya berubah. Termasuk aku dan dia. Semenjak itu, semuanya berubah. Ini semua salahku, aku yang menghianatinya. Berpaling dan meninggalkannya. Tapi ketahuilah, ini bukan mauku.

Satu hal yang tak pernah aku kira adalah, dia tak pernah marah. Sekalipun aku keterlaluan, hingga membuat kesalahan yang fatal, dia tak juga memarahiku sedikitpun. Dan aku selalu merasakan getaran cinta disetiap sikapnya, tak pernah berubah meski aku telah menghancurkan semuanya. Aku tahu, kata maaf tak akan pernah mampu menebus kesalahanku padanya.

Memang benar, cinta datang dari hati. Seharusnya aku sadar, dari awal memang dia yang terbaik. Sekalipun banyak di luar sana yang terlihat lebih berkilau. Hanya saja saat itu aku terpukau dengan pria lain. Tapi bukankah setiap orang berhak mendapatkan kesempatan yang kedua? Bukankah disetiap kesalahan akan ada hikmah ?

Namanya deo, lelaki wibawa yang tak pernah sanggup untuk membuatku menangis. Lelaki sejati yang selalu mementingkan pendidikan dan organisasi diatas segalanya, hingga sering kali lupa, ada sesosok wanita yang senantiasa menunggu kabarnya, aku. Aku mengenalnya sejak 6 tahun yang lalu , bertemu sapa di akun social media facebook, dimana kami hidup di jaman alay. Hingga tumbuhlah kisah kasih diantara kami. Sejak 5 tahun yang lalu, dia menungguku. Entah menunggu untuk apa, untuk menjadi pacar atau istrinya #ehh

Semenjak aku mengkhianatinya, dan sadar akan kesalahanku, aku semakin yakin, dialah yang terbaik untuk masa depanku. Sikapnya yang mampu meluluhkan hatiku, bahwa cinta hadir dalam hati, bukan dari harta maupun tahta. Dialah yang membuatku sadar akan arti kesetiaan. Setiap kali ada pria lain yang singgah dihatiku, entah mengapa dirinya selalu memiliki tempat spesial dihatiku, yang tak pernah bisa tergantikan posisinya oleh pria lain. Dia dia dia, hanya dia yang mampu membuatku benar-benar terpukau.

Berharap memilikinya lagi ? pasti. Tapi aku sadar, tak satupun di dunia ini milikku, termasuk jiwa raga ini. Lalu apakah aku pantas memilikinya ? hanya Tuhan yang mempu menjawab.

Mencintainya? Sangat. Ingin ku ulangi cerita dari awal, merajut cinta murni yang sebenarnya, menebus segala kesalahanku.

Rindu? Selalu. Tapi aku sadar aku tak sanggup melakukan apapun untuk melawan rindu. Menghubunginya pun terasa hina ketika aku ingat akan semua salahku.
Dan ketika aku merindukannya, aku hanya bisa berdoa kepada Sang Maha Cinta, menitipkan rindu agar sampai kepadanya, memohon agar aku dapat memantaskan diri bersanding dengannya, menjadi ratu dihatinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar