Kita kenal, kita sahabat. Semenjak kita dipertemukan di
ekskul SMA, kita selalu ketemu. Meski di awal aku sudah mendengar banyak cerita
tentangmu, aku tetap saja canggung saat pertama kali kita saling menyapa. Dulu
memang kamu masih menjadi pangeran di hati seseorang. Pernahku diajak dewi
hatimu menontonmu bermain futsal. “fira, liat dimas nonton yuk” ajaknya dia
padaku. Aku hanya membalas senyuman dan membuntutinya menuju lapangan. Melihat kamu
dengannya memang mampu membuatku hopeless mendapatkanmu. Begitu saling
mendukung dan saling ada. Ah sudahlah. Aku hanya mengkhayal memilikimu.
Hari demi hari berganti, meski aku tak sekelas denganmu,
tapi kita selalu dipertemukan di hari jumat, hari dimana kita berkumpul untuk
ekskul yang sama. Bercerita, belajar dan bercanda bersama. Aku tak pernah tak
jatuh cinta ketika melihat senyummu. Semenjak itulah aku sadari harapanku
semakin tak akan mampu menjadi nyata. Pernah kita berjuang demi membawa nama
Smansa, di Surabaya, saling bersaing dengan peserta lain dari berbagai kabupaten
dalam sebuah ajang perlombaan. Perjalanan 145 kilometer yang begitu lama namun
mengasyikkan, perjalanan yang sebenarnya membuatku mabok dan pusing. Hingga tibalah
di sebuah gedung, dan aku melihat dimana cita dan cinta bersatu. Cita-cita
satu, menang. Dan cinta, cinta yang tak pernah terungkapkan. Cinta yang tumbuh
semenjak aku mengenal namamu dan melihat senyummu.
Tak terasa hingga akhirnya kini kita berada di kelas 3,
dimana ketika ego dan cinta monyet dinomor kesekiankan. Bukannya tak lagi
menyukaimu, hanya saja aku lebih mementingkan masa depanku. Namun entah mimpi
atau nyata, kita punya cita-cita yang sama dan menginginkan sekolah di tempat
yang sama. Mana mungkin ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin aku semakin gila
menyukaimu karna banyak persamaan diantara kita ? sedang disisi lain aku
benar-benar merasa tak pantas bersanding denganmu. Kamu begitu perfect,
sedangkan aku ? aku bahkan biasa-biasa saja, tak sepandai kamu, tak secantik
pacarmu. Tapi aku selalu yakin, setiap kejadian terjadi karena sebuah alasan.
Dan kini benar, kita berada di kota yang sama untuk
merebutkan kursi di fakultas yang sama dengan alasan yang sama pula. Jujur,
hari ini unbelievable bagiku. Kita berada di kursi yang bersebelahan dalam
sebuah travel yang membawa kita ke Semarang. Lika-liku jalan tak pernah
membuatku jenuh dalam perjalanan itu. Dan sekarang, aku benar-benar merasa
bahwa cita dan cinta semakin terlihat. Entah apa yang membuatku berpikiran
seperti itu.
Hari yang kita nantikan akhirnya datang juga. Hari dimana
memisahkan kita dalam jarak. Kamu diterima, dan aku tidak. Menyedihkan. Namun aku
tak pernah menyesal, karna aku pernah berjuang bersamamu, mewujudkan cita yang
sama. Aku sadar, sampai kapanpun aku tak akan pernah menggantikan dia dalam
hatimu. Meski telah lama ku dengar kabarnya kau putus dengannya. Setiap orang
berhak jatuh cinta, dan setiap orang berhak memilih. Meski cinta ini tak pernah
terungkap, dan bahkan kau pun tak pernah menyadarinya, namun cinta tetap hadir
disetiap ku melihat senyum manismu.
Dan pada akhirnya, kita akan tetap bersama, dalam batas
sahabat. Sahabat dari sejak pertama kali aku mendengar namamu, melihat
senyummu, berdiskusi bersama, dan berjuang bersama mewujudkan cita bersamamu. Aku
bahagia menjadi sahabatmu, sesuatu anugerah yang tak pernah ada kata putus. Dan Terimakasih
pernah hadir dalam hidupku, mewarnai hari-hari di SMA ku, dan mengajariku arti
persahabatan sesungguhnya, hingga kita menggandeng pasangan hidup kita
masing-masing.
tak akan hancur sebuah persahabatan bila didalamnya tak ada yang jatuh cinta. dan aku, tak akan jatuh cinta lagi untuk menghancurkannya :)