Minggu, 28 Agustus 2016

Aku Takkan Jatuh Cinta Lagi


Kita kenal, kita sahabat. Semenjak kita dipertemukan di ekskul SMA, kita selalu ketemu. Meski di awal aku sudah mendengar banyak cerita tentangmu, aku tetap saja canggung saat pertama kali kita saling menyapa. Dulu memang kamu masih menjadi pangeran di hati seseorang. Pernahku diajak dewi hatimu menontonmu bermain futsal. “fira, liat dimas nonton yuk” ajaknya dia padaku. Aku hanya membalas senyuman dan membuntutinya menuju lapangan. Melihat kamu dengannya memang mampu membuatku hopeless mendapatkanmu. Begitu saling mendukung dan saling ada. Ah sudahlah. Aku hanya mengkhayal memilikimu.

Hari demi hari berganti, meski aku tak sekelas denganmu, tapi kita selalu dipertemukan di hari jumat, hari dimana kita berkumpul untuk ekskul yang sama. Bercerita, belajar dan bercanda bersama. Aku tak pernah tak jatuh cinta ketika melihat senyummu. Semenjak itulah aku sadari harapanku semakin tak akan mampu menjadi nyata. Pernah kita berjuang demi membawa nama Smansa, di Surabaya, saling bersaing dengan peserta lain dari berbagai kabupaten dalam sebuah ajang perlombaan. Perjalanan 145 kilometer yang begitu lama namun mengasyikkan, perjalanan yang sebenarnya membuatku mabok dan pusing. Hingga tibalah di sebuah gedung, dan aku melihat dimana cita dan cinta bersatu. Cita-cita satu, menang. Dan cinta, cinta yang tak pernah terungkapkan. Cinta yang tumbuh semenjak aku mengenal namamu dan melihat senyummu.

Tak terasa hingga akhirnya kini kita berada di kelas 3, dimana ketika ego dan cinta monyet dinomor kesekiankan. Bukannya tak lagi menyukaimu, hanya saja aku lebih mementingkan masa depanku. Namun entah mimpi atau nyata, kita punya cita-cita yang sama dan menginginkan sekolah di tempat yang sama. Mana mungkin ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin aku semakin gila menyukaimu karna banyak persamaan diantara kita ? sedang disisi lain aku benar-benar merasa tak pantas bersanding denganmu. Kamu begitu perfect, sedangkan aku ? aku bahkan biasa-biasa saja, tak sepandai kamu, tak secantik pacarmu. Tapi aku selalu yakin, setiap kejadian terjadi karena sebuah alasan.

Dan kini benar, kita berada di kota yang sama untuk merebutkan kursi di fakultas yang sama dengan alasan yang sama pula. Jujur, hari ini unbelievable bagiku. Kita berada di kursi yang bersebelahan dalam sebuah travel yang membawa kita ke Semarang. Lika-liku jalan tak pernah membuatku jenuh dalam perjalanan itu. Dan sekarang, aku benar-benar merasa bahwa cita dan cinta semakin terlihat. Entah apa yang membuatku berpikiran seperti itu.

Hari yang kita nantikan akhirnya datang juga. Hari dimana memisahkan kita dalam jarak. Kamu diterima, dan aku tidak. Menyedihkan. Namun aku tak pernah menyesal, karna aku pernah berjuang bersamamu, mewujudkan cita yang sama. Aku sadar, sampai kapanpun aku tak akan pernah menggantikan dia dalam hatimu. Meski telah lama ku dengar kabarnya kau putus dengannya. Setiap orang berhak jatuh cinta, dan setiap orang berhak memilih. Meski cinta ini tak pernah terungkap, dan bahkan kau pun tak pernah menyadarinya, namun cinta tetap hadir disetiap ku melihat senyum manismu.

Dan pada akhirnya, kita akan tetap bersama, dalam batas sahabat. Sahabat dari sejak pertama kali aku mendengar namamu, melihat senyummu, berdiskusi bersama, dan berjuang bersama mewujudkan cita bersamamu. Aku bahagia menjadi sahabatmu, sesuatu anugerah yang tak pernah ada kata putus. Dan Terimakasih pernah hadir dalam hidupku, mewarnai hari-hari di SMA ku, dan mengajariku arti persahabatan sesungguhnya, hingga kita menggandeng pasangan hidup kita masing-masing.

tak akan hancur sebuah persahabatan bila didalamnya tak ada yang jatuh cinta. dan aku, tak akan jatuh cinta lagi untuk menghancurkannya :)

Jumat, 04 Maret 2016

Ketika Rindu Memanggil Namamu

Time runs fast. Segalanya berubah. Termasuk aku dan dia. Semenjak itu, semuanya berubah. Ini semua salahku, aku yang menghianatinya. Berpaling dan meninggalkannya. Tapi ketahuilah, ini bukan mauku.

Satu hal yang tak pernah aku kira adalah, dia tak pernah marah. Sekalipun aku keterlaluan, hingga membuat kesalahan yang fatal, dia tak juga memarahiku sedikitpun. Dan aku selalu merasakan getaran cinta disetiap sikapnya, tak pernah berubah meski aku telah menghancurkan semuanya. Aku tahu, kata maaf tak akan pernah mampu menebus kesalahanku padanya.

Memang benar, cinta datang dari hati. Seharusnya aku sadar, dari awal memang dia yang terbaik. Sekalipun banyak di luar sana yang terlihat lebih berkilau. Hanya saja saat itu aku terpukau dengan pria lain. Tapi bukankah setiap orang berhak mendapatkan kesempatan yang kedua? Bukankah disetiap kesalahan akan ada hikmah ?

Namanya deo, lelaki wibawa yang tak pernah sanggup untuk membuatku menangis. Lelaki sejati yang selalu mementingkan pendidikan dan organisasi diatas segalanya, hingga sering kali lupa, ada sesosok wanita yang senantiasa menunggu kabarnya, aku. Aku mengenalnya sejak 6 tahun yang lalu , bertemu sapa di akun social media facebook, dimana kami hidup di jaman alay. Hingga tumbuhlah kisah kasih diantara kami. Sejak 5 tahun yang lalu, dia menungguku. Entah menunggu untuk apa, untuk menjadi pacar atau istrinya #ehh

Semenjak aku mengkhianatinya, dan sadar akan kesalahanku, aku semakin yakin, dialah yang terbaik untuk masa depanku. Sikapnya yang mampu meluluhkan hatiku, bahwa cinta hadir dalam hati, bukan dari harta maupun tahta. Dialah yang membuatku sadar akan arti kesetiaan. Setiap kali ada pria lain yang singgah dihatiku, entah mengapa dirinya selalu memiliki tempat spesial dihatiku, yang tak pernah bisa tergantikan posisinya oleh pria lain. Dia dia dia, hanya dia yang mampu membuatku benar-benar terpukau.

Berharap memilikinya lagi ? pasti. Tapi aku sadar, tak satupun di dunia ini milikku, termasuk jiwa raga ini. Lalu apakah aku pantas memilikinya ? hanya Tuhan yang mempu menjawab.

Mencintainya? Sangat. Ingin ku ulangi cerita dari awal, merajut cinta murni yang sebenarnya, menebus segala kesalahanku.

Rindu? Selalu. Tapi aku sadar aku tak sanggup melakukan apapun untuk melawan rindu. Menghubunginya pun terasa hina ketika aku ingat akan semua salahku.
Dan ketika aku merindukannya, aku hanya bisa berdoa kepada Sang Maha Cinta, menitipkan rindu agar sampai kepadanya, memohon agar aku dapat memantaskan diri bersanding dengannya, menjadi ratu dihatinya.